RSS

Arsip Tag: Education

Sistem Pendidikan Berbasis Produksi (Production Based Education)

Sistem Pendidikan Berbasis Produksi (Production Based Education)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1        SEJARAH BERDIRINYA POLMAN – BANDUNG (POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)

Pembangunan sebagai konsekuensi logis dalam mengisi kemerdekaan, maka Bangsa Indonesia mengambil langkah-langkah strategis untuk meningkatkan taraf kehidupan melalui pembangunan jangka panjang. Pembangunan jangka panjang tahap I yang diuraikan dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun tahap II (1972 – 1976, pada saat pendidikan Politeknik dirumuskan) mempunyai titik berat pada sektor industri dan pertanian, yang mana pembangunan sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting untuk dapat mencapai sasaran dengan efektif. Melalui peningkatan sumber daya manusia diharapkan kualitas dan kuantitas hasil produksi yang dihasilkan pada sektor tersebut dapat bersaing di dalam ataupun di luar negeri. Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah dengan mendirikan sekolah-sekolah umum dan kejuruan, khususnya di bidang keindustrian. Sekolah kejuruan di bidang industri seperti Politeknik ditujukan untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang siap pakai di dalam dunia kerja.

Politeknik merupakan lembaga pendidikan yang misinya mencetak tenaga ahli keindustrian tingkat pengelola menengah maupun untuk kerja mandiri (unsupervised job). Politeknik di Indonesia mulai dirintis pada tanggal 6 Desember 1973 dengan didirikannya Politeknik Mekanik Swiss – Institut Teknologi Bandung (PMS – ITB) sebagai realisasi perjanjian kerja sama teknik antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Swiss. Politeknik ini mulai melaksanakan program pendidikannya pada bulan Januari 1976 dengan program Diploma III Politeknik.

Sejak tahun 1982 sampai sekarang  telah didirikan 25 Politeknik baru melalui bantuan kredit dan pinjaman dari Bank Dunia, ADB serta bantuan teknik negara-negara Swiss, Jerman, Jepang, Australia dan Selandia Baru, yaitu melalui program studi bidang Keahlian Rekayasa, Pertanian, Tata Niaga dan Pariwisata.

1.1        POLITEKNIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN TINGGI NASIONAL

Pemantapan konsep pendidikan Politeknik dalam sistem pendidikan di Indonesia dilakukan pada tahun 1986 dengan mempertimbangkan hasil Seminar 10 Tahun Pendidikan Politeknik yang diselenggarakan ITB di Bandung tanggal 15 – 16 Desember 1986. Dengan ditulisnya Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada tanggal 27 Maret 1989, maka sebagai Satuan Pendidikan, Politeknik adalah Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan Pendidikan Profesional di samping Perguruan Tinggi lain yang menyelenggarakan Pendidikan Akademi dan/atau Profesional. Ilustrasi Jalur Pendidikan Profesional di Indonesia dapat dilihat pada gambar 1.1.

Gambar 1.1 Jalur Pendidikan Akademis dan Profesional serta relevansinya terhadap standar kompetensi keindustrian

Politeknik merupakan multi-dicipline school yang menyelenggarakan pendidikan profesional pada sejumlah bidang pengetahuan/keahlian khusus. Sebagai lembaga pendidikan profesional, politeknik diharapkan dapat membangun kemitraan (link) dengan industri secara saling menguntungkan dalam menyelenggarakan proses pendidikannya, sehingga pendidikan politeknik selalu menghasilkan tenaga ahli yang relevan (match) dengan dunia kerjanya. Dengan demikian, politeknik dituntut untuk selalu mengikuti dan mengejar kemajuan teknologi agar dapat memberikan pelayanan yang optimal bagi industri di sekitarnya.

Sesuai dengan kecenderungan internasional serta dalam rangka menyikapi Era Pasar Bebas Global, Politeknik perlu mengembangkan dan mengamalkan wawasan kewirausahaannya (entrepreneurship) dengan landasan ekonomi pasar, sehingga mampu menggerakan dana masyarakat secara optimal, khususnya dari dunia usaha dan industri. Selain itu, usaha yang dilakukan harus mampu untuk memenuhi keperluan biaya operasional pendidikan yang cukup besar supaya tidak memberatkan anggaran pemerintah yang masih terbatas, serta untuk menjaga kelangsungan proses pendidikan yang dilakukannya.

Sampai saat ini Politeknik Mekanik Swiss – ITB, melalui SK Mendikbud No. 0313/O/1991 tentang Penataan Politeknik Dalam Lingkungan Universitas dan Institut Negeri, berubah namanya menjadi Politeknik Manufaktur Bandung – Institut Teknologi Bandung (POLMAN) dengan tujuan pendidikan:

Politeknik Manufaktur Bandung – Institut Teknologi Bandung yang di sini disebutPOLMAN bertujuan melaksanakan pendidikan profesional program Diploma dalam bidang pengerjaan logam dan pemesinan di samping juga memberikan pelayanan kepada lembaga / institusi lainnya, maupun kepada pihak industri (tertulis dalam Peraturan Sekolah POLMAN pasal 1).”

1.1        POLMAN SEBAGAI LEMBAGA TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI

Sebagai lembaga pendidikan tinggi, POLMAN melaksanakan misinya melalui pengembangan program-program dan penyelenggaraan kegiatan fungsional berdasarkan Tridharma Perguruan Tinggi yang meliputi:

  • Pendidikan
  • Penelitian
  • Pengabdian kepada masyarakat

Pendidikan yang dimaksud merupakan kegiatan dalam upaya menghasilkan manusia terdidik yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan dan mengembangkan IPTEK. Penelitian merupakan kegiatan dalam upaya menghasilkan pengetahuan empirik, teori, konsep, metodologi, model, atau informasi baru guna memperkaya IPTEK. Sedangkan pengabdian kepada masyarakat merupakan kegiatan yang memanfaatkan IPTEK dalam upaya memberikan sumbangan demi kemajuan masyarakat.

Dalam melaksanakan pengembangan program dan menyelenggarakan kegiatan fungsional perguruan tinggi, POLMAN menerjemahkan Tridharma Perguruan Tinggi menjadi beberapa aktifitas yang disingkat menjadi P3KR (Pendidikan, Pelatihan, Produksi, Konsultasi dan Rekayasa). Proses penerjemahan tersebut dapat dilihat pada gambar 1.2.

Gambar 1.2 Penerjemahan Tridharma Perguruan Tinggi menjadi P3KR

Penerjemahan tersebut akan mempengaruhi struktur organisasi  yang terdapat di POLMAN, yang mana dapat memberi keleluasaan untuk menyelenggarakan kegiatannya dengan tepat dan efisien. Struktur organisasi POLMAN dibagi dalam 3 bagian utama, yaitu:

a)      Pusat yang berfungsi sebagai “penarik”.

b)      Divisi/jurusan yang berfungsi sebagai “inti”, serta menjadikan segala aktifitas pendidikan dan produksi terlaksana.

c)      UPT, Unit dan Bagian berfungsi sebagai “pendukung”.

Fungsi utama Pusat adalah mengarahkan aktifitas pengembangan dan pelayanan industri serta memberikan spesifikasi teknis yang akan dilakukan oleh divisi/jurusan. Pusat merupakan sub-organisasi matrik yang bekerja melalui tim pelaksana komisi & proyek yang profesional dan berasal dari divisi/jurusan. Pusat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

  • Pusat Perencanaan Pengendalian dan Pengembangan Akademik (P4A) yang memiliki fungsi merumuskan kurikulum, silabus dan program pendidikan; administrasi akademik; inovasi pendidikan dan pengembangannya.
  • Pusat Rekayasa dan Pengembangan Sistem (PRPS) yang memiliki fungsi mengembangan produk yang meliputi rekayasa produk dan pengembangan sistem manufaktur.
  • Pusat Pelayanan Masyarakat (PPM) memiliki fungsi sebagai unit pelayanan masyarakat, dan berwenang untuk melakukan analisis dan strategi pemasaran, pelayanan pelanggan dan penjualan, perencanaan dan pengendalian pelaksanaan program internal.

Divisi/jurusan sebagai “inti” organisasi dalam melakukan kegiatan pendidikan, proses & produksi manufaktur dan pembuatan contoh bentuk dasar produk (prototyping). Divisi memiliki fasilitas penunjang yang memadai dan didukung oleh pelaksana yang memiliki kualifikasi teknis tinggi. Jurusan adalah nama lain untuk divisi dari sisi pendidikan, yang mana tugas utamanya melakukan penerapan IPTEK dalam proses pendidikan, baik pembinaan dalam segi kognitif, afektif maupun motorik yang diperlukan dalam setiap tingkat kompetensinya. Istilah divisi digunakan dalam konteks industri sedangkan jurusan  dalam konteks pendidikan. Divisi/jurusan yang ada di POLMAN adalah:

  • Divisi/jurusan Teknik Mekanik
  • Divisi/jurusan Teknik Perancangan Manufaktur
  • Divisi/jurusan Teknik Otomasi Manufaktur & Mekatronik
  • Divisi/jurusan Pengecoran Logam

Unit, UPT dan Bagian memiliki fungsi sebagai pendukung organisasi yang memberikan pelayanan dan dukungan terhadap semua aktivitas yang dilakukan oleh Pusat ataupun Divisi/jurusan. Unit yang ada dapat juga merupakan bagian dari pusat atau divisi. Unit pendukung terdiri atas Bagian Keuangan, Unit Pelayanan Teknis Logistik, Unit Pelayanan Teknis Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan, Unit Kendali Mutu, Unit Pelayanan Teknis Multimedia, Perpustakaan, Bagian Administrasi Umum dan Kepegawaian.

Hubungan antara struktur organisasi yang ada di POLMAN terhadap fungsi kegiatan yang dilakukannya dapat dilihat pada gambar 1.3.

Gambar 1.3 Hubungan antara struktur organisasi dengan fungsi kegiatan

Untuk mengamalkan Tridharma Perguruan Tinggi seperti yang dijelaskan pada gambar di atas, maka POLMAN memiliki potensi pelayanan produksi dan pelayanan jasa sebagai berikut:

  • Pembuatan dan perbaikan mould
  • Pembuatan dan perbaikan press tools
  • Pembuatan dan perbaikan jig & fixtures
  • Pembuatan dan perbaikan komponen mekanik
  • Pembuatan pola untuk pengecoran logam
  • Pembuatan mesin khusus
  • Pengecoran logam
  • Perbaikan, rekondisi dan retrofitting mesin perkakas
  • Pelatihan dalam teknologi manufaktur
  • Konsultasi pendidikan dan keteknikan

Pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi di POLMAN dilakukan melalui struktur  organisasi berikut:

Gambar 1.4 Struktur organisasi POLMAN

1.1        SISTEM PRODUCTION BASED EDUCATION (PBE)

1.4.1    LANDASAN PEMIKIRAN RELEVANSI

Pendidikan Tinggi sebagai bagian dari sistem Pendidikan Nasional mempunyai tujuan umum sebagaimana tercantum dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1990, yaitu:

“(1) menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian; (2) mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional”.

Jalur pendidikan tinggi profesional ditujukan untuk menyiapkan tenaga kerja yang dapat mengimplementasikan dan mentransformasikan teknologi dalam upaya menghasilkan produk nyata dengan nilai ekonomis yang mengacu pada norma dan standardisasi nasional maupun internasional. Jalur pendidikan tersebut diperlukan pada lapangan pekerjaan yang spesifik, sehingga lulusan yang dihasilkan dapat relevan dengan tuntutan keahlian yang diinginkan oleh pasar atau lapangan pekerjaan.

Jalur pendidikan tinggi profesional memiliki empat tahap tingkat program diploma (D I, D II, D III dan D IV) dan dua tahap tingkat Spesialis (SP 1 dan SP 2). Jalur pendidikan tinggi profesional dan jalur pendidikan tinggi akademis akan membangun keahlian intelektual tetapi dengan penekanan yang berbeda. Jalur pendidikan tinggi akademis pada tingkat kedua (S 2) dan ketiga (S 3) akan memberikan prioritas pada keahlian intelektual. Jalur pendidikan tinggi profesional pada tingkat Diploma III menekankan keseimbangan diantara keahlian intelektual dan motorik.

Kebutuhan sumber daya manusia dikaitkan terhadap jalur pendidikan dapat dilihat pada gambar 1.5.

Gambar 1.5 Piramida sumber daya manusia kebutuhan industri

Sebagai konsekuensi terhadap tuntutan relevansi luaran sistem pendidikan dan kebutuhan tenaga industri, POLMAN mengarahkan proses pendidikannya agar peserta didik mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya dalam mencapai kemampuan intelektual, motorik dan etika industri yang diperlukan pada saat memasuki dunia kerja. Oleh karenanya POLMAN membangun sistem pendidikannya dalam beberapa tahap, yaitu:

  • Tahap I: Perioda 1976 – 1986

Lulusannya diharapkan mampu untuk menguasai pengetahuan dan teknologi pada spesialisasinya dengan baik, sehingga timbul moto “Presisi Ciri Kami”.

  • Tahap II: Perioda 1986 – 1996

Lulusannya diharapkan mampu menguasai pengetahuan dan teknologi pada spesialisasinya, dan mampu menerapkannya dengan benar. Mutu produk dalam batas spesifikasi teknis mulai dikembangkan dalam proses pendidikan.

  • Tahap III: Perioda 1996 – sekarang

Lulusannya diharapkan mampu menguasai pengetahuan dan teknologi pada spesialisasinya, serta mampu menerapkan dengan benar sehingga dapat menghasilkan produk yang kompetitif. Sehingga timbul moto baru “Presisi Ciri Kami, Mutu Andalan Kami dan Teknologi Unggulan Kami”.

Dari ketiga tahap pengembangan pendidikan tersebut, yang paling mendasar adalah mengubah dari menguasai pengetahuan dan teknologi menjadi mampu menerapkan dan mengembangkan teknologi melalui “customizing” dengan ilmu pengetahuan yang relevan serta membangun etika keindustrian melalui pengalaman dalam sistem manufaktur. Yang pada tingkat Diploma III, proses pendidikannya ditekankan pada pembangunan kompetensi produksi manufaktur, sehingga pendidikannya disebut pendidikan berbasis produksi (Production Based Education). Yang pada saat ini, umumnya tenaga ahli lulusan Diploma III ditempatkan pada sektor Produksi.

Melalui potensi dan peluang yang ada, POLMAN melakukan program pendidikan berbasis produksi dalam 2 jenis, yaitu:

  • Industrial Based Learning Approach

Pendidikan dilakukan selama 3 semester pendidikan dan pelatihan terstruktur, 2 semester di industri yang relevan, 1 semester spesialisasi dalam sistem produksi POLMAN.

  • Production Based Learning Approach

Pendidikan dilakukan selama 6 semester pendidikan dan pelatihan dalam sistem produksi POLMAN.

Oleh karena itu, sebagai konsekuensinya maka POLMAN:

  • Harus membangun kemitraan dengan industri, baik dalam bentuk penyediaan tempat kerja lapangan maupun penyediaan pesanan produksi.
  • Harus dapat membangun sistem produksi manufaktur dengan IPTEK yang benar.
  • Menata profesionalisme SDM dan mengembangkannya sesuai dengan perkembangan IPTEK.
  • Dituntut untuk meremajakan fasilitas dan teknologi sesuai dengan perkembangan IPTEK.
  • Dituntut untuk membangun sistem manajemen berbasis pendidikan dan manufaktur yang terbebas dari pemborosan.

1.4.1    RELEVANSI PENDIDIKAN TERHADAP DUNIA TENAGA KERJA

POLMAN mempunyai misi untuk mengembangkan secara strategis dan menyiapkan sumber daya manusia yang siap pakai di industri, khususnya dalam bidang teknologi manufaktur yang mampu bersaing dalam pasar global melalui pembangunan dan pengembangan pendidikan, rekayasa dan produksi. Ruang lingkup tenaga kerja pada tingkat Diploma III adalah menjaga keseimbangan keahlian intelektual dan keahlian motorik. Selain itu, lulusan tenaga kerjanya diharapkan memiliki etika industri yang berhubungan dengan waktu, kualitas, pelopor pengurangan pemborosan, kepuasan pelanggan dan berusaha lebih baik. Keseimbangan diantara keahlian intelektual dan keahlian motorik dapat dicapai melalui pengajaran teori yang baik dan praktik yang tersruktur. Sedangkan etika industri dapat dicapai melalui pengalaman kerja di industri atau melakukan praktik dalam sistem produksi.

Untuk menghasilkan tenaga kerja yang siap pakai, POLMAN berusaha untuk mendidik mahasiswa sesuai dengan hasil yang ingin dicapai. Kombinasi dari berbagai faktor yang mempengaruhi tenaga kerja yang akan dihasilkan harus dicermati secara seksama dan diformulasikan dengan tepat. Faktor-faktor tersebut adalah:

  • Kecenderungan mengenai tuntutan tenaga kerja di masa yang akan datang.
  • Jenis pesanan atau kontrak yang datang dari industri.
  • Teknologi manufaktur modern yang sedang berkembang.
  • Penelitian terapan/mengaplikasikan teori ke dalam dunia nyata.

Dalam mencermati dan memformulasikan faktor-faktor tersebut, POLMAN harus dapat mengelompokkan secara tegas dan jelas serta menyatukan beberapa media yang ada sehingga dapat menghasilkan tenaga kerja yang sesuai dengan tuntutan dunia industri. Formulasi yang ditentukan tidak statis dan senantiasa berubah seiring dengan perjalanan waktu. Oleh karenanya informasi yang transparan dan sesuai dengan perkembangan harus dapat diperoleh setiap saat dengan mudah. Informasi yang diperoleh tersebut akan berfungsi sebagai alat acuan umpan balik yang akan memberi suatu penilaian terhadap kegiatan yang sedang dilakukan.

Keberhasilan formula yang ditentukan akan diperoleh melalui pengalaman yang tidak lepas dari pengaruh eksternal seperti kebijaksanaan pemerintah dalam dunia pendidikan, serta industri dalam memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung. Kedua hal tersebut ditekankan dan dijelaskan secara tepat agar pada pelaksanaannya tidak menimbulkan distorsi atau penyimpangan pada saat meraih tujuan yang ingin dicapai. Hubungan diantara faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tenaga kerja ahli yang dihasilkan oleh POLMAN dapat dilihat pada gambar 1.6.

Gambar 1.6 Relevansi sistem PBE terhadap pembentukan tenaga kerja ahli

1.4.1    FAKTOR KETERBATASAN DANA DAN PARTISIPASI INDUSTRI

Seperti yang telah disebutkan pada penjelasan sebelumnya, bahwa keberhasilan formula yang ditentukan akan diperoleh melalui pengalaman yang tidak lepas dari pengaruh eksternal seperti kebijaksanaan pemerintah dalam dunia pendidikan dan industri dalam memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung. Secara ideal kedua faktor tersebut harus dipenuhi, tetapi pada kenyataannya kedua faktor tersebut belum dapat dipenuhi secara tepat dan menyeluruh. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan dana operasinal dan pemeliharaan yang besar untuk melakukan kegiatannya. Dana tersebut digunakan untuk gaji pegawai dan pengajar, material untuk latihan atau pendidikan, peralatan dan perlengkapan yang dipakai serta biaya overhead POLMAN. Bagaimanapun dana tersebut sangat vital dan pada kondisi saat ini bantuan yang diperoleh dari dunia internasional umumnya hanya dialokasikan untuk pengembangan karyawan atau pengajar serta pendirian atau pengembangan bangunan.

Pada sekolah pemerintah, sumber dana berasal dari pemerintah dan biaya pendidikan dibebankan kepada mahasiswa. Di Indonesia, dana dari pemerintah dialokasikan untuk gaji pegawai negeri dan pengoperasian serta pemeliharaan pendidikan, yang besarnya dipengaruhi oleh jumlah mahasiswa setiap tahunnya. Biaya pendidikan yang harus dibayar oleh orang tua mahasiswa ditetapkan oleh pemerintah dan umumnya sangat rendah dan tidak dapat mendukung secara penuh. Pada sekolah swasta, sumber dana berasal dari yayasan sekolah yang bersangkutan dan biaya pendidikan dibebankan kepada mahasiswa.

Kondisi tersebut akan mengakibatkan bahwa sekolah sebagai tempat pendidikan merupakan pusat yang memerlukan biaya dibandingkan pusat yang akan menghasilkan keuntungan melalui kegiatan produksi yang dilakukan. Umumnya kondisi tersebut akan terjadi pada suatu negara yang sedang mengembangkan perekonomiannya, dan pemerintahan yang ada tidak memiliki cukup dana untuk membiayai pendidikannya.

Selain itu, di negara kita belum terbiasa dan membudaya bahwa suatu industri ikut aktif secara langsung memberikan bantuan dana yang akan digunakan oleh sekolah yang bersangkutan untuk pengembangan dan penelitian, ataupun memberikan bantuan berupa fasilitas yang digunakan untuk mendidik siswanya. Kesadaran bahwa industri turut bertanggung jawab terhadap lulusan tenaga kerja yang akan dihasilkan oleh suatu sekolah belum sepenuhnya dilakukan. Yang sering terjadi adalah bahwa setelah sekolah menghasilkan lulusan tenaga kerja, maka industri-industri yang ada akan berlomba untuk mendapatkan lulusan  terbaiknya tanpa menghiraukan bahwa sebenarnya industri memiliki tanggung jawab juga untuk menghasilkan lulusan tenaga kerja.

Secara teoritis tujuan pendidikan tersebut tidak dapat dicapai secara optimal, tetapi dengan kewajiban moral yang diterimanya maka POLMAN harus berusaha mencari jalan lain agar tujuan pendidikan tercapai.

Berdasarkan kondisi tersebut di atas maka timbul suatu pertanyaan, dapatkah kita menemukan suatu cara sehingga lembaga pendidikan yang bersangkutan dapat menghasilkan dana sendiri untuk mengembangkan kegiatan perekonomiannya. Hal tersebut harus dijawab agar tujuan pendidikan yang dilakukan dapat terlaksana secara optimal.

1.4.2    PENERAPAN SISTEM PRODUCTION BASED EDUCATION (PBE)

Konsep utama penerapan sistem Production Based Education adalah untuk memberikan arah dalam melaksanakan proses pendidikan dengan pendekatan produksi yang sekaligus mengandung potensi penyelesaian masalah yang telah dijelaskan pada bagian 1.4.3.

Panduan sebagai acuan pelaksanaan untuk menghasilkan tenaga teknisi industri (D III) adalah kurikulum yang terdiri atas mata pelajaran teori dan praktik. Umumnya teori dan praktik disusun secara seragam dan berurutan untuk menghasilkan program yang terstruktur dan baku. Pada pola yang berorientasi produksi, hanya mata pelajaran teori yang dapat distrukturkan secara baku tetapi tidak demikian halnya dengan praktik latihan. Praktik latihan merupakan produk manufaktur yang diharapkan hasilnya baik untuk dijual dan bersaing di pasar penjualan. Meskipun produk yang dihasilkan menggantikan latihan yang terstruktur secara baku, ruang lingkup keahlian dan tingkat pengetahuan yang didapat akan diarahkan melalui kurikulum yang harus selalu dijaga mutunya.

Secara umum proses pendidikan dapat dijelaskan melalui gambar 1.7.

Gambar 1.7 Aliran proses pendidikan

Keterangan gambar aliran proses pendidikan:

  • Kompetensi standar meliputi pembentukan komisi pembuat kurikulum (dilaksanakan oleh bagian pengembangan akademik) dan mendefinisikan kompetensi standar (dilaksanakan oleh komisi pembuat kurikulum).
  • Peninjauan kurikulum meliputi kegiatan peninjauan kurikulum dan silabus yang dilaksanakan oleh komisi pembuat kurikulum.
  • Perencanaan program meliputi pembuatan program pendidikan secara umum dan program semester yang dilaksanakan oleh bagian pengembangan akademik beserta jurusan terkait.
  • Implementasi program meliputi pelaksanaan program yang telah direncanakan dan pengujian/evaluasi secara berkala (jangka waktu menengah) yang dilaksanakan oleh jurusan terkait.
  • Evaluasi akhir meliputi kegiatan evaluasi dan pengujian akhir terhadap program yang telah direncanakan  dan dilakukan oleh divisi terkait.

Secara umum proses produksi dapat dijelaskan melalui gambar 1.8.

Gambar 1.8 Aliran proses produksi

Keterangan gambar aliran proses produksi:

  • Kebutuhan pemesan merupakan kegiatan mendefinisikan kebutuhan pemesan berdasarkan aspek teknis dan non teknis dari suatu produk. Pelaksanaannya dilakukan oleh bagian pemasaran dan penjualan.
  • Analisa produk meliputi kegiatan analisis kemampuan teknik yang dilakukan oleh POLMAN (dilaksanakan oleh setiap divisi terkait); pembuatan rancangan  untuk estimasi harga (dilaksanakan oleh divisi perancangan); estimasi harga proses dan waktu penyerahan pesanan (dilaksanakan oleh setiap divisi terkait); perencanaan umum (dilaksanakan oleh perencana program/ kegiatan); menerbitkan penawaran harga (dilaksanakan oleh bagian pemasaran dan penjualan).
  • Pembuatan kontrak ditandai melalui penerbitan purchase order oleh pemesan.
  • Perencanaan kualitas hanya dilakukan untuk jenis produk baru yang pertama kali dipesan ke POLMAN. Kegiatan yang dilakukan meliputi pendefinisian kerja proyek (dilaksanakan oleh pusat rekayasa); pembentukan tim proyek (dilaksanakan oleh pusat rekayasa); mendefinisikan spesifikasi umum produk (dilaksanakan oleh tim proyek); merencanakan kualitas dan mengendalikan proses (dilaksanakan oleh tim proyek).
  • Perancangan meliputi kegiatan perancangan akhir, membuat spesifikasi detail, menganalisa sifat produk, membuat gambar detail yang seluruhnya dilaksanakan oleh divisi perancangan.
  • Perencanaan produksi meliputi kegiatan perencanaan material dan membuat perencanaan aliran proses secara detail yang dilakukan oleh setiap divisi terkait melalui shop floor control.
  • Pelaksanaan produksi meliputi kegiatan pemeriksaan dalam proses dan pengendalian proses yang dilaksanakan oleh pelaksana terkait pada setiap divisi.
  • Pemeriksaan kualitas meliputi kegiatan menganalisis dokumen proses, memeriksa produk akhir dan membuat sertifikasi produk yang dilakukan oleh bagian pemeriksa kualitas.
  • Penyimpanan lanjut meliputi kegiatan penyimpanan lanjut produk siap kirim, menjaga produk dan melakukan pengepakan yang dilaksanakan oleh bagian logistik.
  • Pengiriman merupakan kegiatan penyerahan produk pesanan ke pemesan yang dilaksanakan oleh bagian logistik.

Kunci penentu keberhasilan Production Based Education adalah sejauh mana penggabungan dilakukan secara bersamaan terhadap sasaran/tujuan pendidikan yang berpedoman pada kompetensi berdasarkan kurikulum serta jenis produk yang akan dibuat dan bersaing di pasar bebas. Kedua aspek tersebut meliputi kegiatan belajar & mengajar dan proses produksi yang saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Jika kita berbicara mengenai produk yang akan dijumpai pada pasar penjualan, maka kita harus mempertimbangkan dan mengikuti kaidah/pola pelaksanaan sesuai yang diinginkan pasar tersebut, selain itu keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan harus tetap dijaga juga. Keberhasilan tersebut hanya dapat dicapai jika penggabungan dilakukan secara optimal. Apabila berhasil akan diperoleh hasil berupa lulusan tenaga kerja yang profesional dan luaran produk berkualitas yang dapat dijual.

Gambar 1.9 menunjukkan metoda penggabungan diantara sistem produksi dan pendidikan yang berlandaskan Production Based Education.

Gambar 1.9 Penggabungan sistem produksi dan pendidikan di POLMAN

Penggabungan sistem produksi dan pendidikan untuk memperoleh keberhasilan sistem production based education akan dipengaruhi oleh kemampuan pemilihan metoda dan pelaksanaan sistem PBE untuk memadukan sistem produksi dan pendidikan (gambar 1.10).

Gambar 1.10 Aspek penentu keberhasilan PBE

Untuk dapat bersaing di pasar bebas maka produk yang dibuat harus mampu memenuhi tuntutan pasar, seperti:

  • Kualitas produk yang akan dihasilkan sesuai dengan kebutuhannya.
  • Biaya pembuatan produk yang seekonomis mungkin.
  • Ketepatan waktu dalam penyerahan produk ke pemesan.
  • Kepuasan pelayanan purna jual.

Untuk memenuhi semua tuntutan tersebut maka perlu dilakukan pengembangan produk dan melakukan proses manufaktur dengan benar, baik, aman dan optimal. Pengembangan produk yang dilakukan meliputi perancangan dan perekayasaan. Sedangkan pelaksanaan sistem manufaktur meliputi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pengendalian. Perlu ditegaskan kembali bahwa keberhasilan hanya dapat dicapai jika aspek-aspek yang mempengaruhinya dapat dilaksanakan sebaik mungkin, dan melakukan penyesuaian antara sistem pendidikan dengan sistem produksi yang ada.

Pada saat penggabungan dilakukan terhadap tujuan pendidikan dan produksi maka akan dijumpai tiga kemungkinan tingkat kompetensi sebagai berikut:

  • Kemungkinan pertama dijumpai jika produk pesanan mempunyai tingkat kompleksitas di bawah tuntutan kurikulum. Untuk mencapai tuntutan kompetensi maka produk standar digunakan sebagai media pencapaian kompetensi tersebut.
  • Kemungkinan kedua dijumpai jika produk pesanan mempunyai tingkat kompleksitas sedikit di atas tuntutan kurikulum. Untuk mencapai tuntutan kompetensi maka dilakukan penyesuaian silabus melalui supervisi yang memadai.
  • Kemungkinan ketiga dijumpai jika produk pesanan mempunyai tingkat kompleksitas jauh di atas tuntutan kurikulum. Maka produk standar dipakai sebagai media untuk mencapai kompetensi. Apabila produk pesanan yang masuk sebagian besar mempunyai tingkat kompleksitas jauh di atas tuntutan kurikulum, maka kompetensi standar lulusan tidak relevan lagi, sehingga perlu penyesuaian kurikulum. Untuk mencapai tuntutan kompetensi baru maka Pusat melakukan pengkajian yang hasil kajiannya dapat dijadikan program peningkatan kurikulum.

Ketiga kemungkinan tersebut dapat dijelaskan melalui gambar 1.11.

Gambar 1.11 Pencapaian target kompetensi

Tingkat kompetensi yang dijumpai pada suatu saat dapat dijadikan acuan sebagai pedoman untuk membangun sistem pendidikan, rekayasa dan produksi dalam menghasilkan tenaga kerja yang profesional dan menghasilkan produk yang dapat bersaing di pasar penjualan.

PENUTUP

Untuk menjalankan sistem tersebut maka kaidah-kaidah yang berlaku secara nasional maupun internasional harus diberlakukan dan diimplementasikan di dalam pelaksanaan pendidikan yang dilakukan. Suatu hal yang menjadi persyaratan bahwa Penerapan Standard Pendidikan dapat diterapkan secara bertahap menggunakan beberapa Standardisasi yang berlaku semisal: Badan Akreditasi Nasional, Standard Nasional Indonesia, ISO 9001:2008.

Penulis telah melihat, terlibat didalamnya, dan merasakan bahwa beberapa Institusi telah berhasil menerapkannya dengan kadar penerapan dan penekanan yang berbeda-beda. Luaran yang diperoleh adalah pencapaian kualitas tenaga kerja yang profesional dan produk yang berkualitas, melalui pengembangan dan penerapan sistem manufaktur yang terintegrasi dengan sistem pendidikan yang ada. Sebagai pionir pelaksana PBE di Indonesia adalah POLMAN-Bandung (dahulu: Politeknik Mekanik Swiss-ITB), yang kemudian diikuti oleh POLMAN-Timah Bangka, dan Akademi Teknik Soroako (dahulu: Inco Sumitomo Training Center). Beberapa Institusi lainnya bahkan telah melakukan penerapan model tersebut seperti: POLMAN-Astra, Akademi Teknik Mesin Indonesia, dan beberapa Institusi Pendidikan lainnya, tentunya dalam bentuk berbeda yang disesuaikan dengan lingkungan geografis dan kultur masyarakat yang ada. Sebagai pencetus awal sistem tersebut di Indonesia diinisiasi oleh Direktur Pertama POLMAN-Bandung (dahulu PMS-ITB), yaitu Bapak Ir. Hadi Waratama, Msc., yang sekaligus sebagai Bapak Politeknik di Indonesia.

Akhir kata, perlu kita fahami skematik pendidikan jalur frofesional seperti yang dicantumkan pada gambar berikut:

Skematik jalur pendidikan profesional

Penulis:

Duddy Arisandi Dharmadji

ISTC-88

Instruktur & Dosen Akademi Teknik Soroako

Yayasan Pendidikan Sorowako-PT Inco Tbk.

(Sumber: BAB 1-TA S1-ITB ku)

 
19 Komentar

Ditulis oleh pada Mei 31, 2011 inci Pendidikan, Sistem Pendidikan

 

Tag: , , , , , ,